perbedaan suara antara stereo dan mono

h-bowen-norman
amr_dics
Mana yang lebih bagus menurut anda, sound yang mono (Monophonic) atau stereo (Stereophonic)? kalau saya tentu memilih yang stereo. Sebab suara yang keluar dari speaker terdengar lebih realistis dengan sistem dua arah output. Tak heran di masa kemunculannya di dekade 60-an, teknologi ini langsung digandrungi para pendengar musik di seluruh dunia. Tapi kali ini saya tidak menulis tentang teknologi instrument musik, tapi saya ingin membahas tentang Stereoman (istilah buatan saya sendiri).
Stereoman adalah tipikal manusia yang memiliki dua keahlian yang digeluti secara serius. Bisa dari dua fakultatif keilmuan yang berbeda maupun non fakultatif seperti skill. Siapa sajakah orang-orang yang termasuk dalam kategori seperti ini? Dan bagaimana “suara” mereka?
Bowen's-reaction-series1
amr_dics
Dalam ilmu kebumian kita mengenal Prof Norman L Bowen. Karyanya yang paling terkenal adalah Bowen’s Reaction series, sebuah bagan yang menggambarkan suatu proses bagaimana mineral terbentuk. Kristal bergabung menjadi mineral, mineral bergabung menjadi batuan dan gabungan batuan inilah yang kita sebut dengan kerak bumi, tempat umat manusia membangun peradaban. Beliau melakukan pendekatan secara kimia fisik terhadap proses pembentukan mineral yang berasal dari proses pembekuan magma. Tentu untuk melakukan riset semacam ini beliau harus menguasai dua ilmu sekaligus, yaitu ilmu kimia dan ilmu geologi. Teori ini menghancurkan kesadaran mistis masyarakat tentang kekayaan alam. Teori ini merasionalisasikan sekian pertanyaan kita tentang semua kemakmuran yang tersimpan dalam perut bumi. Teori ini juga menjadi dasar untuk pengembangan cabang-cabang ilmu kebumian yang lain terutama di bidang explorasi.
Steve_Jobs
amr_dics
Lalu bagaimana dengan Steve Jobs? pendiri Apple Corporation. Tentu anda mengenal beliau. Karena bisa jadi komputer yang sedang anda gunakan ini juga menggunakan Sistem Operasi (SO) Macintosh.Pada awal masa kuliahnya Steve Jobs harus Drop Out dari Reed College di Portland, Oregon. Lalu akhirnya dia mengambil semacam kursus di bidang Caligraphy karena Steve juga sangat tertarik dengan bidang seni. Steve mengakui kalau saja dia tidak di DO dari Reed College bisa jadi Macintosh tak akan “secantik” ini. Ternyata dengan kemampuannya di bidang TI dan seni akhirnya dia dapat membuat SO komersil pertama di dunia yang dilengkapi dengan Graphical User Interface (GUI) sehingga memudahkan para pengguna komputer untuk mengakses data. Tidak lama, Bill Gates juga merilis Windows. Unsur artistik juga sangat dominan dalam setiap produk Apple Corp. Sebut saja IPod, IPhone, IMac dan Ipad. Tidak heran kalau Macintosh lebih digandrungi para Designer Graphic ketimbang Windows.
soekarno
amr_dics
Nah bagaimana dengan indonesia? kita memiliki Ir. Soekarno, Sang Proklamator. Disiplin ilmu beliau adalah teknik tata kota. Tapi beliau juga menjadi tokoh pergerakan yang disegani di masanya. Beliau menguasai teori sosial politik dan teori ekonomi politik yang menjadi skill dasar seorang pemimpin gerakan. Beliau juga mengadopsi Marxisme dengan merilis paham baru yang disesuaikan dengan lokalitas masyarakat indonesia, Marhaenisme. Tentu bangsa ini bangga pernah memiliki tokoh secerdas beliau. Berhubung saya bukan Soekarnois, jadi ya biasa aja. Hehehehe…
Tapi apakah masyarakat kita sudah bisa mengapresiasi kehadiran stereomans dalam segala bidang kehidupan? Ternyata tidak semua. Sebenarnya tulisan ini didedikasikan untuk seorang kawan yang terdepak dari dunia broadcast.
Bunga (nama samaran) adalah seorang Mahasiswi Teknik, tapi Bunga sangat menggandrungi bidang broadcasting dan ingin menjadi seorang penyiar radio. Akhirnya dia memulai dari awal dengan mengikuti sekolah broadcast. Diluar perkiraannya dia diberi kesempatan untuk magang di sebuah station radio. Tidak lama kemudian, karena performanya yang semakin bagus dia diberi kesempatan untuk berkompetisi bersama yang lainnya untuk mengisi kekosongan kursi penyiar di Radio tersebut. Ternyata dia memenuhi syarat untuk bisa menjadi penyiar karena memiliki skill yang dibutuhkan oleh radio tersebut. Hanya saja pada saat akhir keputusan pihak manajemen meragukan kesanggupannya dalam mengatur jadwal onair berkaitan dengan kesibukan praktikumnya. Padahal dia mengatakan sudah sanggup dan melakukan sekian persiapan untuk hal-hal tersebut. Akhirnya diapun tetap tak diterima, dia sangat kecewa. Yang membuat saya kecewa adalah pihak menejemen menghiburnya dengan berkata “sudahlah ga usah terlalu dipikirkan, toh kamu kan anak teknik yang nanti ga akan kerja di bidang broadcast”. Sungguh menggecewakan. Bisa jadi itu niatan mereka sedari awal.
Sayang sekali padahal dia sangat berbakat. Tidak terbayangkan apabila hal tersebut menimpa saya, anda berbakat tetapi anda tidak difasilitasi. Pasti rasanya sangat menyakitkan. Tapi apakah stereomans bernasib sama? Ternyata ada yang bernasib lebih beruntung. Masih sama di bidang media tapi lebih tepatnya di bidang jurnalistik.
Seorang kawan yang bergelut di LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) mengatakan bahwa beruntunglah kalian yang memiliki skill jurnalis tetapi memiliki disiplin ilmu diluar ilmu komunikasi. Karena media dewasa ini lebih menyukai orang-orang dengan basic ilmu tertentu untuk menunjang kerja-kerja jurnalisnya, misalkan Sarjana ilmu kebumian yang nantinya ditugaskan khusus untuk meliput tentang topik-topik yang berhubungan dengan ilmu kebumian. Bagi saya, hal seperti ini ada benarnya. Saya pernah mendengar dari seorang alumni geologi yang merasa bahwa saat-saat wawancara dengan media adalah saat-saat yang melelahkan. Para wartawan sangat sulit mengerti istilah-istilah kebumian dan harus diterangkan berkali-kali. Lalu selang beberapa waktu mereka datang kembali dan masih menanyakan hal yang sama. Dia berkata “sepertinya mereka cepat lupa, padahal saya sudah memberi mereka semacam buku pengantar yang mudah dibaca, pasti mereka tidak membaca buku yang saya berikan”.
leonardo_davinci
amr_dics
Tapi lucunya banyak sarjana sains yang Monoman. Mereka sudah merasa sangat yakin bahwa hanya dengan bidang ini saja mereka bisa sejahtera. Jadi sangat jarang dari mereka yang ingin menjadi jurnalis atau belok ke bidang lainnya. Ya, kebanyakan sarjana/mahasiswa sains adalah Monoman. Karena mereka adalah golongan yang paling positivistik dalam memandang dunia. Itu sebabnya kebanyakan dari mereka berakhir menjadi Buruh.
Jadi begitulah jejak langkah para stereoman. Ada yang menjadi pahlawan, namanya terus dikenang dalam sejarah. Tentu atas kontribusinya bagi peradaban manusia. Lalu ada yang tersingkir karena orang lain memandang sebelah mata kemampuannya. Adabaiknya kita tidak menutup potensi seseorang dalam mengekspresikan bakatnya. Siapa sangka, dia akan menggemparkan dunia!
NB: Sebenarnya masih banyak lagi Stereoman, saya malah belum menyebutkan nama Leonardo Da Vinci. Bisa jadi dia bukan Stereoman. Lebih canggih dari itu, dia adalah Soroundman!(SoroundSound System)

1 komentar:

Post a Comment